Pearl on The Voice of the Heart
Ketika bibir tak dapat berucap, maka SUARA HATImu dapat kau tuangkan dalam sebuah tulisan yang bernilai sebuah MUTIARA :)
Friday, August 27, 2010
come back to my world
yeah, akhirnya setelah sekian lama aku tidak menulis dan entah apa kabarny blog ini, kini aku memutuskan untuk kembali ke hobi ku yang telah lama tidak ditekuni ini lagi.
Sejak Bulan Juni 2008 (ternyata sudah lebih 2 tahun yang lalu ya...) aku sudah mulai jarang menulis, dikarenakan kesibukan ku awal masuk SMA (SMA PLUS NEGERI 17 PLG.hhehe...) , mungkin dalam satu tahun hanya 3 atau 4 karya yang berhasil ditulis (huft... sayang banget ya). ide sih sebenarnya ada, tapi waktunya itu yang gk ada. ketika baru mau buka laptop di sela-sela waktu renggang. eh, malah terlintas "hmm... kayaknya baca buku pelajaran aja kali ya.... kalau gk mau ketinggalan langkah ya harus begitu!" tapi gara-gara keseringan bersikap seperti itu, ya sudah akhirnya karya yang dibuat ya NIHIL. tapi ada kalanya ketika ku lagi benar-benar ngerasain sesuatu yang gk bisa aku ceritain sama orang lain. satu-satunya pelarian ku ya dengan menulis. dengan begitu gak kan ada yang bisa komentar tentang semua isakku, tidak akan ada yang akan mengejekku atas semua kebodohan yang telah kuperbuat. tidak ada....
maka aku kembali...
tapi aku juga heran kenapa saat aku ingin kembali menjalankan hobi-hobi ini saat aku kelas 3 ini, padahal kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah harus mulai konsentrasi pada pelajaran, hmm... tapi rasanya tidak salah juga menjalan keduanya! ya gk? :D
Be myself.....
Be more confidence....
and,
Be more creative... :)) Read More..
Wednesday, November 11, 2009
Ngomongin Motivasi dan Mood
Saya punya pengalaman menarik soal ini . Memang sih, keseriusan saya kepada dunia tulis-menulis munculnya boleh dibilang telat banget. Gimana nggak, seumuran SMU baru muncul dan tumbuh berkembang. Telat memang, bila dibandingkan banyak penulis lainnya yang udah malang-melintang di dunia menulis sejak mereka di sekolah dasar. Waktu sekolah di SD, saya cuma seneng baca. Koran bekas bungkus makanan saja saya baca. Lumayan dapat wawasan sedikit. Kecintaan saya kepada dunia penulisan, itu pun dengan setitik cinta saja, baru tumbuh kelas 2 SMP. Lucunya, itu hanya sebatas puisi dan menulis surat saja. Gara-garanya saya sering dengerin lagu-lagunya Bang Ebiet G. Ade. Waktu itu, saya kepikiran enak kali ya bisa merangkai kata-kata indah dalam sebuah puisi.
Celakanya, itu tetep nggak saya geluti dengan penuh keseriusan. Maklum, motivasinya kan belum tumbuh. Inilah jadinya kalo nggak diasah. Waktu saya sekolah di SMAKBo, kebiasaan menulis surat dan menulis puisi kebawa juga ke Bogor. Di sini pula saya terlatih untuk membuat surat kepada ortu. Tujuan mulianya adalah meminta uang untuk biaya sekolah. Tentu, sebagai anak yang baik (cieeee…), saya tidak tembak langsung kepada sasaran, tapi saya tanya ini dan itu. Bahkan mungkin kesannya basa-basi banget. Tapi lama-kelamaan kebiasaan menulis surat itu menjadi hobi tersendiri. Sampai saat itu saya tetap belum memiliki motivasi utuk menjadi penulis. Nggak ada sedikit pun. Nol potol kata wong Suroboyo mah. J
Saya mulai sadar dengan keterampilan saya dalam merangkai kalimat adalah ketika mengerjakan tugas mata pelajaran PSPB di sekolah berupa karya tulis singkat. Kalo nggak salah waktu itu cukup 2 halaman kertas ukuran folio. Nah, mau nggak mau kan saya mengerjakan itu. Saya cuma modal semangat, apa saja yang ada dalam pikiran, saya tulis langsung di kertas itu. Rupanya mulai tumbuh kecintaan dan keseriusan saya dalam dunia penulisan. Puncaknya adalah motivasi seorang teman selepas acara pengajian. Menjelang tengah malam saya dan dia masih bangun. Terus tiba-tiba dia nyeletuk, “Kalo pengen bisa nulis, mulailah dengan menulis. Apa pun yang ada di benak kamu tuliskan saja. Kalo nanti hasilnya salah atau janggal, kan bisa diperbaiki.” Gebray! Serasa dapet cahaya terang bernderang. Sejak saat itu, saya kuatkan tekad bahwa saya harus bisa menjadi penulis.
Apa yang bisa saya lakukan waktu itu? Terus mempertahankan api semangat yang menyala dalam diri saya, bahwa saya harus bisa menjadi nulis dengan baik. Saya jadi menyediakan waktu khusus untuk baca buku-buku apa saja. Kunjungan ke toko buku jadi rutin. Waktu itu saya belum punya mesin tik, apalagi komputer. Saya cuma punya motivasi dan semangat. Itu saja. Itu sebabnya, kertas kosong selalu jadi sarana saya untuk menumpahkan segala perasaan saya menjadi sebuah tulisan. Kebetulan waktu kelas tiga SMAKBo seluruh siswa mendapatkan pelajaran komputer. Beda dengan ketika kelas dua yang cuma belajar DOS, saat itu muali belajar program pengolah kata, WS5. masih inget sampe sekarang. Tapi sayang tempay kursusnya udah bangkrut. Padahal lumayan untuk mengenang. Gimana nggak, di saat ada komputer nganggur saya langsung minta ijin untuk memakainya. Saat itulah kesempatan saya untuk menyalin tulisan dari coretan di kertas ke dalam komputer. Ngetiknya hebat lagi, “11 jari”! he..he..he.. iya, yang aktif cuma dua jari telunjuk aja. (backsound: kasihan deh gue..)
Sobat muda muslim, Sejak saat itu saya terus termotivasi dan merasa tertantang untuk bisa menulis dengan baik. Saya baca koran, majalah, dan tabloid. Saya pelajari bagaimana orang lain bisa menulis dengan bagus. Saya koleksi buku-buku menulis seadanya. Karena terus terang saya nggak belajar secara khusus dalam pendidikan formal tentang pelajaran menulis. Semua saya dapatkan dari pengalaman saja. Belajar sendiri. Dalam kegiatan sehari-hari saya sering mengoleksi beragam data, siapa tahu nanti terpakai. Artikel menarik di koran saya kliping. Kalo ada informasi amsi di televisi atau radio langsung saya catet. Kebetulan suka bawa-bawa catatan kecil dan pulpen. Diam-diam aja saya tulis. Saya kelompokan data tersebut berdasarkan jenisnya; politik, sosial, ekonomi, budaya, agama dsb.
Terus saya lakukan sampe lulus sekolah sekalipun. Sampe akhirnya saya menemukan sebuah jalan untuk mengembagkan harapan saya dalam menulis. Saya gabung dengan majalah Permata akhir tahun 1995. Sampe sekarang, alhamdulillah saya bisa menulis. Sedikit lebih cepat, sedikit lebih sering, sedikit lebih mudah, dan masih banyak yang harus saya pelajari dan kembangkan lagi. Sobat, ini sekadar berbagi pengalaman. Tapi intinya, jika motivasimu sangat kuat dalam suatu bidang, katakanlah ingin bisa menulis, maka teruslah pelihara dengan makin banyak baca, bergaul dengan mereka yang bergelut di bidang itu, dan terus mengembangkan diri.
Ngomong-ngomong soal mood, bagaimana cara menumbuhkan dan mempertahankannya? Emang sih, kadang kita suka bete van bosen. Ada saja masa-masa di mana kita jenuh banget. Males ngapa-ngapain. Apalagi disuruh nulis. Watau, ambruk deh. Saua punya tip, barangkali bisa dicoba sama kamu.
Kalo saya lagi bete, pasti hilang deh mood utuk nulis. Gimana mengembalikannya? Kalo udah mentok banget biasanya saya rileks dulu. Ngasuh anak, atau sekadar refreshing di depan komputer (baca: main gim). Itu sering saya lakukan. Tapi main gimnya jangan kebanyakan. Bisa berabe juga lho. Nah, kalo udah selesai main kan biasanay rileks. Saat itulah saya sering dapet ide untuk segera menulis. Sobat, supaya nggak kehilangan mood, saya biasanya kalo dapat ide langsung dicatat atau dituliskan di komputer. Dan perlu diketahui bahwa ide bisa muncul di mana saja. Itu sebabnya kita kudu siap menyambutnya.
Banyak baca, biasanya juga akan mempertahankan mood atau setidaknya ada saja bahan yang masuk ke otak, siapa tahu kan itu malah jadi bahan tulisan. Tul nggak? Maka, saya ngasih saran supaya mood tetap terjaga kamu kudu sering bergaul dengan teman-teman yang hobi menulis atau yang hobi baca. Itu akan membantu dalam mempertahankan mood. Saya sering merasakannya kok. Kat Pak Faudzil Adhim, jangan nunggu mood datang, tapi justru harus kita sendiri yang menciptakan mood tersebut. Bila demikian, mood emang jadi nggak pernah padam, karena memang kitalah yang mengaturnya.
Oke deh, tancapkan kuat-kuat motivasi dalam dirimu untuk bisa menulis, dan pertahankan mood agar pembaca tetep menyala dalam dirimu. Sebab, bila motivasi untuk bisa menulis atau menjadi penulis kurang, atau malah nggak ada, sebaiknya urungkan saja cita-citamu ujtuk jadi penulis. Teori yang saya paparkan sebanyak itu, nggak akan ada gunanya jika motivasimu untuk menulis payah banget. Yup, semuanya memang berangkat dari motivasi. Kalo motivasi udah kuat, ritangan or halangan sebesar apa pun insya Allah bisa diatasi. Ayo kamu bisa menjadi penulis! Go.. menulis Go! Dan tentunya: Tetep semangat! Read More..Keajaiban Al-Qur'an
Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Qur’an, 2:29)
“Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (Al Qur’an, 41:11-12)
Kata “langit”, yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada “langit” bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.
Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, “… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.
Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir.
(http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html)
Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.
Angin yang Mengawinkan
Gambar di atas memperlihatkan tahap-tahap pembentukan gelombang air. Gelombang air terbentuk ketika angin meniup permukaan air. Akibat pengaruh angin ini, pertikel-partikel air mulai bergerak melingkar. Pergerakan ini kemudian mendorong terbentuknya gelombang air yang silih berganti, dan butiran-butiran air kemudian terbentuk oleh gelombang ini yang kemudian tersebar dan beterbangan di udara. |
Dalam sebuah ayat Al Qur’an disebutkan sifat angin yang mengawinkan dan terbentuknya hujan karenanya.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke 20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran “mengawinkan” dari angin dalam pembentukan hujan.
Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi sebagaimana berikut:
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. . Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke Bumi dalam bentuk hujan.
Sebagaimana terlihat, angin “mengawinkan” uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang di bawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan.
Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujanpun tidak akan pernah terjadi.
Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Qur’an, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam…
Kegelapan dan Gelombang di Dasar Lautan
Pengukuran yang dilakukan dengan teknologi masa kini berhasil mengungkapkan bahwa antara 3 hingga 30% sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru (lihat gambar di samping). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak dijumpai sinar apa pun. (lihat gambar atas). Fakta ilmiah ini telah disebutkan dalam ayat ke-40 surat An Nuur sekitar 1400 tahun yang lalu.. |
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (Al Qur’an, 24:40)
Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:
Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)
Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini.
Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan “gelap gulita di lautan yang dalam” digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Qur’an, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra.
Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan…” mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Qur’an yang lain.
Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang “terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda.” Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205)
Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur’an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah.
Pembentukan Hujan
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan, “Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” (Al Qur’an, 30:48)
Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini. TAHAP KE-1: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…” Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”. TAHAP KE-2: “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…” Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan. TAHAP KE-3: “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…” Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan. Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan. Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan: “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (Al Qur’an, 24:43) Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut: TAHAP – 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin. TAHAP – 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar. TAHAP – 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142) Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu. |
Fungsi Gunung
Dengan perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam maupun ke atas permukaan bumi, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang berbeda, layaknya pasak. Kerak bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang senantiasa dalam keadaan bergerak. Fungsi pasak dari gunung ini mencegah guncangan dengan cara memancangkan kerak bumi yang memiliki struktur sangat mudah bergerak. |
Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:
Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai “pasak”:
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (Al Qur’an, 78:6-7)
Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah “isostasi”. Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31)
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya. |
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.” (Al Qur’an, 55:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.
Kadar HujanFakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut;
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (Al Qur’an, 43:11)
Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah “tetap”: yakni 513 triliun ton. Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al Qur’an dengan menggunakan istilah “menurunkan air dari langit menurut kadar”. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini,.. |
Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.
Pergerakan Gunung
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an, 27:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
Read More..Goresan Tinta Emas dari Bunda Q....
Tepat 18 Oktober, 17 tahun yang lalu
Bayi mungil itu lahir
Di sebuh rumah cinta
Di suatu pulau kasih sayang
Tak terasa, 17 tahun sudah berlalu
Byi mungil telah tumbuh menjadi remaja
Seorng gadi yang manis
Tumbuh di tengah keluarga yang harmonis
17 tahun umurmu,
Memasuki realita kehidupan
Mengukir hari-hari penuh makna
Untuk menuju masa depan
17 tahun umurmu,
Moga selalu menjadi anak yg sholeha
Berbakti kepada orang tua
Dan selalu sayang kpd Ian dan Ari
17 tahun umurmu,
Selalulah tersenyum, semangat dan optimis
Dalam melangkh hari demi hari
Selamat Ulang Tahun, Tiara Eka Mayasari Read More..
Monday, November 9, 2009
GERAKAN SHALAT BERMANFAAT UNTUK KESEHATAN TUBUH
Friday, November 6, 2009
ROHIS SMA Plus Negeri 17 Palembang
Arti Lambang ROHIS
Warna matahari dan bentuk matahari: ROHIS NUR ISLAMI itu akan menjadi penerang untuk seluruh bagian di SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG dan terus akan memancarkan cahaya Islam selama-lamanya.
17 buah sinar pada sisi matahari: menunjukkan bahwa ROHIS NUR ISLAMI adalah milik SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG.
Tulisan Arab “ROHIS NUR ISLAMI”: Artinya Rohis 17 sang-pembawa cahaya Islam.
Warna kuning: melambangkan kesejahteraan.
Warna hijau: melambangkan kesuburan dan kedamaian
Intinya, lambang kita itu sangat sederhana tetapi Insya Allah memiliki peran yang sangat besar, Amin…….!!!
Kepengurusan ROHIS 17 Angkatan 12
Amir : Randi Syaputra
Wakir Amir : Sri Hartini
Amirah : Tiara Eka M
Sekretaris : Madania
Bendahara : Adies Mariska
Keputrian : Rizka Aprilia
Dana & Usaha : Dini Yasa Istiqomah
Syiar : Randi Sy.
Kaderisasi : Mutiara Ruchaya & Alfiana Nabila
Kesturi : Annisa Mona Tiara & Dina Widya H.N.
Prestasi ROHIS
1. Juara III Lomba Mading Islami Tingkat Kota SMA Negeri 8 Palembang Tahun 2007
2. Juara I Lomba Mading Islami Tingkat Kota SMA Negeri 6 Palembang Tahun 2008
3. Juara III Lomba Nasyid Tingkat Provinsi SMA Negeri 1 Palembang Tahun 2008
4. Juara I Lomba Foto Unik TUKAS SMA Plus Negeri 17 Palembang Tahun 2009
5. Juara I Lomba Bazar Tukas SMA Plus Negeri 17 Palembang Tahun 2009
6. Juara I Lomba Kaligrafi SMA Negeri 13 Palembang Tahun 2009
7. Juara III Lomba Nasyid SMA Negeri 13 palembang Tahun 2009
8. Juara II Lomba Mading Islami SMA Negeri 13 Palembang Tahun 2009
9. Juara II Lomba Puisi Islami Tingkat Provinsi PUSRI Tahun 2009
10. Juara I Lomba Cerdas Cermat PUSRI Tahun 2009
11. Juara II Lomba Cerdas Cermat PUSRI Tahun 2009
Read More..